Seorang wanita dari Iraq mendatangi Khalifah kaum muslimin pada saat itu, yaitu Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu 'anhu, maka setelah sampai di depan pintu rumahnya wanita tersebut pun bertanya; "Apakah amirul Mukminin(julukan bagi Khalifah pada saat itu) memiliki penjaga?"
Maka orang-orang pun menjawab; "Tidak... Masuklah ke rumahnya jika engkau memang menginginkannya!". Masuklah wanita tersebut ke rumah sang khalifah, dan ia mendapati Fathimah istri Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu 'anhu duduk di dalam rumah sedang memintal kapas. Wanita Iraq pun mengucapkan salam pada Fathimah, setelah menjawab salamnya Fathimah mempersilahkan wanita Iraq tadi untuk masuk ke dalam rumahnya. Setelah duduk wanita Iraq tadi memperhatikan sekitar rumah dan merasa tidak ada hal yang menarik perhatiannya(saking sederhananya rumah itu), barulah dia mengungkapkan maksud kedatangannya; "Saya datang kemari karena ingin mensejahterakan rumahku(keluarga) dari rumah yang menyengsarakan seperti ini!!."
Dijawablah oleh Fathimah; "Sengsaranya rumah ini demi mensejahterakan rumah-rumah yang lain seperti rumahmu." Tak lama berselang Umar pun datang memasuki pelataran rumahnya lalu pergi ke sumur di pojokan rumah, Umar pun mulai menimba dan menuangnya di wadah yang berada di depan rumah.
Maka orang-orang pun menjawab; "Tidak... Masuklah ke rumahnya jika engkau memang menginginkannya!". Masuklah wanita tersebut ke rumah sang khalifah, dan ia mendapati Fathimah istri Umar bin Abdul Aziz radhiyallahu 'anhu duduk di dalam rumah sedang memintal kapas. Wanita Iraq pun mengucapkan salam pada Fathimah, setelah menjawab salamnya Fathimah mempersilahkan wanita Iraq tadi untuk masuk ke dalam rumahnya. Setelah duduk wanita Iraq tadi memperhatikan sekitar rumah dan merasa tidak ada hal yang menarik perhatiannya(saking sederhananya rumah itu), barulah dia mengungkapkan maksud kedatangannya; "Saya datang kemari karena ingin mensejahterakan rumahku(keluarga) dari rumah yang menyengsarakan seperti ini!!."
Dijawablah oleh Fathimah; "Sengsaranya rumah ini demi mensejahterakan rumah-rumah yang lain seperti rumahmu." Tak lama berselang Umar pun datang memasuki pelataran rumahnya lalu pergi ke sumur di pojokan rumah, Umar pun mulai menimba dan menuangnya di wadah yang berada di depan rumah.
Pada saat mengisi air Umar sering memperhatikan istrinya si Fathimah. Wanita Iraq tadi merasa risih dengan pandangan Umar terhadap Fathimah(karena tidak tahu kalau itu suaminya), wanita Iraq pun memerintahkan pada Fathimah agar segera menutup auratnya "tutuplah auratmu dari tukang timba itu, karena dia senantiasa memperhatikanmu!". Dijawablah oleh Fathimah; "dia bukanlah tukang timba, dia adalah suamiku sang Amirul Mukminin"
Setelah itu Umar bin Abdul Aziz pun mengucapkan salam lalu masuk ke rumah kemudian menuju ke mushala yang ada di dalam rumahnya. Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada istrinya tentang wanita asing yang di rumahnya, dijawab oleh istrinya: "Ini orangnya". Lalu Umar pun bertanya kepadanya: "Apa keperluanmu?" "saya dari Iraq dan saya memiliki 5 anak perempuan yang semuanya pemalas dan tidak menarik, maka saya mendatangimu untuk meminta pendapat terbaikmu atas mereka" kata si wanita.
"pemalas dan tidak menarik" timpal Umar, maka beliau pun menangis. Kemudian Umar Mengambil tinta dan kertas lalu menuliskan sesuatu untuk pemimpin Iraq, Lalu Umar memerintahkan sang wanita untuk menyebutkan nama anak yang paling besar, maka disebutkanlah. Umar pun menuliskan kewajiban bagi pemimpin Iraq yang harus ditunaikan untuk anak tersebut. Setelahnya wanita iraq pun berucap: "segala puji bagi Allah!". Anak kedua, ketiga dan keempat pun disebutkan dan dituliskan atas mereka hak-haknya dan si wanita pun memuji Allah karenanya.
Hingga ketika empat anaknya mendapatkan tulisan tentang hak-hak mereka, sang wanita pun kegirangan hingga mendoakan dan berharap agar Umar dibalas kebaikan atas perbuatannya. seketika itu Umar mengangkat kedua tangannya dan berujar: "kami hanya menuliskan hak-hak yang memang seharusnya memang mereka dapatkan, maka engkau jangan sampai salah persepsi tentang kami hingga terlalu berlebihan kepada kami", "Pujilah Allah karenanya!".
Mereka pun akhirnya memberi ruang untuk anak kelima agak mendapatkan tulisan tentang haknya. Setelah mendapatkan semua haknya mereka pun kembali ke Iraq. Setibanya mereka di Iraq, mereka pun menyerahkan tulisan Umar pada pemimpin Iraq. Ketika menerima dan membaca tulisan Umar, pemipin Iraq pun menangis dengan keras,dan berujar "Semoga Allah merahmati orang yang telah menuliskan hal ini!". Dengan heran Si wanita bertanya: "Apakah beliau sudah meninggal?" "iya" jawab pemimpin Iraq.
Si wanita pun berteriak dan menangis menjadi-jadi(karena takut tidak ditunaikan hak-haknya). Segera pemimpin Iraq mengatakan: "engkau tidak usah khawatir, saya sama sekali tidak akan menyelisihi tulisan ini sedikitpun." Dipenuhilah kebutuhannya dan ditunaikanlah hak untuk anak-anaknya.
Pic dengan materi gak nyambung :)
ReplyDelete