Sebuah Pengakuan

Sebuah jamuan makan malam diadakan untuk menghormati seorang Pastur yang bernama Paolo karena dia telah mengabdikan dirinya selama 25 tahun di negeri tersebut. Dipilihlah sang Penguasa negeri untuk menyampaikan beberapa patah kata sambutan pada kesempatan tersebut. Pesta jamuan pun dimulai, seluruh warga menanti kedatangan Penguasa negeri akan tetapi yang ditunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya dan terlambat. Pastur Paolo pun akhirnya memutuskan bahwa dia sendirilah yang akan memberikan sambutan pada pesta jamuan tersebut.

Berikut sambutan yang disampaikan oleh Pastur Paolo:
"25 tahun yang lalu ketika aku pertama kali datang ke negeri ini dan memutuskan untuk mengabdikan diriku menjadi seorang Pastur, aku memiliki kesan yang buruk terhadap penduduk negeri ini, penyebabnya adalah orang yang pertama kali datang dan duduk di kursi pengakuan/pengaduan di hadapanku, dia mengaku telah mencuri televisi dan dengan muslihatnya dia mampu terlepas dari jeratan hukum atas perbuatannya. Kemudian dia juga telah mencuri harta dari kedua orangtuanya.  Dia juga mengakui bahwa dia berhasil menggelapkan harta yang banyak dari para pegawai, bahkan dia juga berdagang obat-obatan terlarang dan mencuri perhiasan dari saudarinya..."
"Pada mulanya aku terkaget dan tidak percaya akan hal itu, namun seiring berjalannya waktu dan aku mulai mengenal semakin banyak banyak penduduk kota ini aku pun mengetahui bahwa ada beberapa warga yang masih baik, setelah itu tidak ada lagi pengakuan yang sebanding atau lebih parah daripada orang yang pertama kali membuat pengakuan kepadaku".

Tidak lama setelah sang Pastur selesai menyampaikan sambutan, masuklah penguasa negeri yang telah dinanti-nanti ke dalam tempat jamuan. Penguasa itu segera naik ke mimbar dan meminta maaf atas keterlambatannya. Kemudian dia pun berkata: "Saya tidak akan lupa selamanya ketika Pastur Paolo pertama kali datang dan mengabdi di negeri kita yang damai ini, bahkan saya merasa terhormat sekali karena menjadi orang yang pertama kali duduk di kursi pengaduan di hadapan beliau!".

Disarikan dari kitab Al Quwwah Al Haadi'ah karya Muhammad Al Fariih hal:46

Inilah salah satu hikmah kenapa hanya Allah sajalah yang berhak untuk menjadi tempat mengadu, mengakui kesalahan dan bertaubat kepada-Nya. Diantara kedzoliman dan kebodohan manusia terhadap dirinya sendiri adalah ia membuka aibnya padahal sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menutupnya. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al Bukhori dan Muslim dalam kitab shohihnya,

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيْزِ بْنِ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُوْلُ

: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ ( كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهِرِةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِالْلَيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهَ اللهُ فَيَقُوْلُ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وُيُصْبِحُ يَكْشِفُ سَتَرَ اللهُ عَنْهُ)

Telah mengabarkan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Ibrohim bin Sa’d dari anak saudaraku Ibnu Syihab dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah, dia mengatakan, “Aku mendengar Abu Huroiroh mengatakan, “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla kecuali al Mujaahiriin yaitu semisal ada seorang laki-laki yang mengerjakan sebuah perbuatan (buruk –ed.) pada malam hari kemudian ia menjumpai waktu subuh dan Allah telah menutupi aibnya (berupa perbuatan buruk – ed.). Lalu laki-laki tersebut mengatakan, “Wahai Fulan, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan buruk/jelek ini dan itu”. “Maka itulah orang yang malamnya Allah telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu subuh (keesokan harinya –ed.)”
Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin Rohimahullah mengatakan: “Al Mujaahiriin adalah orang-orang yang menunjukkan bahwa ia telah berbuat maksiat kepada Allah ‘Azza wa Jalla".

Orang-orang ini terbagi menjadi dua golongan :
  •  Orang yang melakukan perbuatan maksiat dan ia menunjukkan perbuatannya tersebut dihadapan manusia dan manusia yang lain pun melihatnya. Yang demikian ini tidaklah kita ragukan lagi bahwa mereka termasuk golongan Al Mujaahiriin dan tidak akan mendapat ampunan dari Allah ‘Azza wa Jalla.
  • Orang yang melakukan perbuatan maksiat secara sembunyi-sembunyi misal di waktu malam kemudian Allah menutup aibnya tersebut, atau seseorang yang melakukan maksiat di rumahnya sendiri kemudian Allah menutup aibnya tersebut sehingga manusia lainnya tidak dapat melihatnya sehingga seandainya ia bertaubat kepada Allah maka jelas hal itu akan baik baginya. Namun ketika ia menemui hari berikutnya dan bertemu dengan orang lain dia mengatakan, “Aku telah melakukan perbuatan maksiat ini dan itu” maka orang yang demikian ini termasuk orang yang tidak akan dimaafkan Allah Subhana wa Ta’ala dosa-dosanya. Orang ini termasuk Al Mujaahirin padahal sebelumnya telah Allah tutup aibnya.
Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari membuka aib sendiri dan menjaga kita dari perbuatan-perbuatan yang buruk! Aamiin.

0 Response to "Sebuah Pengakuan "

Post a Comment